Monday, August 30, 2010

Manfaat Belajar Mengaji Al-Quran dan Al-Hadits

Ingin melihat manfaat Pertama dan ke-dua, di sini

# Manfaat Ke-Tiga : Meningkatkan kekhusyu'an kepada Alloh SWT

" In-nama yakhsyalloha min ‘ibadihil ‘ulama, in-nalloha ‘azizun ghofur" QS Fatir;28.

Sesungguhnya yang (bisa) khusyuk /takut kepada Alloh SWT adalah di antara hamba yang berilmu, sesungguhnya Alloh Maha Mulia lagi Maha Pengampun.

Ilustrasinya begini: seorang perempuan sedang mengikuti kegiatan di alam bebas melakukan perjalanan di antara rimbunan pepohonan, tidak menyadari seekor pacet (lebih kecil dari lintah) telah menempel di lehernya. Perjalanan pulang ke rumahnya selama 3 jam pun dilalui dengan tenang. Setelah istirahat sebentar, si remaja putri ingin mandi. Ketika berkaca di hadapan cermin dalam kamar mandi ternyata baru menyadari bahwa seekor pacet telah menjadi gemuk menyedot darah dan menempel di leher. Bagaimana reaksinya setelah menyadari keadaannya? . Boleh jadi dia menjerit histeris atau bahkan saking takutnya PINSAN MENDADAK!.

Sebelum mengetahui tidak merasakan ketakutan, setelah menyadari akan keadaan sebenarnya barulah memiliki rasa takut.

Demikian juga kehidupan ini. Seseorang menjalani hidup dengan tenang, lenggang, namun ketahuilah di balik kehidupan ini dua sisi kehidupan yang sangat kontras perbedaanya. Kehidupan yang sangat menggembirakan atau kehidupan yang sangat mengerikan. Sesaat manusia dicabut nyawa, seketika itu pula langsung mulai merasakan saat di alam kubur.

Sedangkan kapan manusia dipanggil Sang Pencipta, waktunya juga sangat rahasia.

Dengan mempelajari ilmu agama akan meningkatkan kesadaran diri manusia akan posisinya. Dengan menjadi ‘ulama (bentuk jama' dari ‘alim=orang yang tahu ilmu agama) maka akan meningkatkan khusyu' , takut kepada Alloh, kepada kehidupan akhirat nan abadi.

Kembali ke Madrasahonline

Sunday, August 29, 2010

Ingin Hati Tenteram, Sempatkan Ibadah

قَالَ يَقُوْلُ الله ُ سُبْحَانَهُ : يَاابْنَ أَدَمَ تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِى أَمْ لأْ صَدْرَكَ غِنَى وَاَسُدَّ فَقْرَكَ وَ اِنْ لَمْ تَفْعَلْ مَلأْ تُ صَدْرَكَ شُغْلاً وَلَمْ اَسُدَّ فَقْرَكَ ۞

Qola yaqulullohu sukhanahu : “ Ya ib-na Adama tafar-rogh li ‘ibadati amla’ sod-roka ghinan wa asyud-da faqroka wa in lam taf ‘al mala’tu sodroka sughlan wa lam asyud-da faqroka “

Bersabda (Nabi Muhammad SAW) berfirman Alloh Yang Maha Suci :” Hai anak Adam sempatkanlah ibadah kepadaku maka Aku penuhi dada (hatimu) dengan rasa kaya dan Aku tutup rasa fakirmu, dan apabila kamu tidak menyempatkan ibadah maka akan Aku penuhi hatimu dengan kesempitan dan tidak Aku tutup rasa fakirmu.

Paparan di atas adalah "Hadits Qudsi” yaitu firman Alloh SWT yang tidak terdapat di dalam Al-Quran melainkan langsung melalui lesan Nabi Muhammad SAW .
Pada hadits di atas Alloh SWT menyeru kepada manusia supaya menyempatkan waktunya untuk beribadah.
Orang yang mengedepankan urusan ibadah mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, maka hatinya cenderung lebih tenteram, damai, sejuk dan pandai bersyukur.
Sebaliknya bagi seorang hamba yang tidak mementingkan atau bahkan masa bodoh maka pikirannya akan semakin sempit, berbagai problema kehidupan semakin memadati ruang pikirannya. Berbagai masalah timbul silih berganti, perasaan fakir kekurangan harta benda selalu membayanginya.

Rupanya apapun perasaan yang diterima oleh hamba adalah semata-mata atas kehendak Alloh, atas akibat yang diperbuatnya hamba itu sendiri.

Manusia makhluk yang lemah tiada berdaya di hadapan Alloh. “ Laa khaula wa laa quwata il-la billahi ‘ = tiada upadaya dan tiada kekuatan kecuali dari Alloh. Tiada seorangpun yang ingin merasakan gelisah, pikiran suntuk, didera berbagai masalah yang berat. Semua manusia niscaya menghendaki pikiran senang, ceria, ketenangan serta kenyamanan hidup dan bahagia.
Manusia hanya berusaha, upaya memperoleh kenyamanan hidup dengan semata memperbanyak mencari harta, mencari hiburan sebagai pelipur lara namun dengan mengesampingkan urusan ibadah, maka hasil akhirnya justru Alloh akan semakin membuat hatinya semakin sempit, repot, semakin disibukkan dengan urusan-urusan dunia semata, perasaan kekurangan harta semakin dibuka oleh Alloh SWT. Akhirnya orang menjadi pengejar materi kebendaan, waktu dan pikirannya dipenuhi dengan obsesi demi memenuhi kesenangan duniawi yang sifatnya fana. Semakin tidak ada kesempatan untuk beribadah. Tanpa disadari hal ini dapat semakin menjauhkan kepada jalan kebenaran agama Alloh.

Nah, kalau sudah begini siapa yang disalahkan?

Kita sebagai hamba patutlah bersadar diri. Manusia diciptakan di dunia adalah untuk menyembah / beribadah kepada Alloh. Pengertian ibadah sendiri bukan hanya terbatas pada aktivitas yang rutin seperti, mengerjakan sholat lima waktu, berpuasa, menunaikan ibadah haji dan lain-lain. Namun ibadah adalah gerakan lahir dan batin dalam segala sisi kehidupan mengikuti tuntunan Rosululloh demi mendapatkan ridho Alloh.

Wednesday, August 25, 2010

HR.Ibnu Madjah Juz 1 hal.16: ”Wasiat Nabi Muhammad SAW Sebelum Wafat”

“ An Abdurrohman bin Amr” As-salami an-nahu sami’a ‘Irbadh bi Sariyah yaqulu “ wa’adhona Rosulullohi SAW mau’idhotan dzarofat minhal’uyunu wa wajilat minhalqulubu . Fa qulna ya Rosulalloh inna hadzihi lamau’idhotun muwad-di’in fa ma dza ta’hadu ilaina ? qola ” Qod taroktum ‘alal baidho’i lailuha ka nahari ha, laa yazighu ‘anha ba’di il-la halikun man ya’isy minkum fa sayarokhtilafan katsiron fa ‘alaikum bima ‘aroftum min sunnati wa sun-natil khulafair-rosyidin al mahdiyyin ‘adhuu ‘alaiha bin-nawajidzi, wa ‘alaikum bit-to’ati wa in ‘abdan Habasyiyan fa in-namal mu’min kal jamalil anifi haitsuma qidan qoda”

Dari Abdurrohman bin Amr Assalami, sesungguhnya dia mendengar dari Irbadh bin Sariyah berkata “ Rosulullohi SAW menasihati kami dengan suatu nasihat, yang sebab nasihat itu beberapa mata menangis dan beberapa hati takut (tergetar haru) maka kami berkata “ wahai Rasululloh sesungguhnya ini adalah nasihatnya orang yang berpamitan (akan meninggalkan/wafat) maka apakah sesuatu yang Engkau wasiatkan kepada kami” . Bersabda (Rosulullohi SAW)” Sungguh aku telah tinggalkan kepadamu barang yang putih, (pada) malamnya kelihatan sebagaimana siangnya, tidak menyimpang (seseorang) atas barang putih sesudahku kecuali (dia) akan rukak/binasa, barang siapa yang hidup diantara kamu (nanti) akan melihat perpecahan yang banyak, maka tetapilah dengan apa yang telah kamu kenal/paham dari sunahku dan sunah kholifah yang benar dan mendapat petunjuk, gigitlah atas sunah dengan gigi geraham, dan tetaplah kamu dengan toat meskipun kepada budak Habsyi, karena sesungguhnya orang iman itu sebagaimana unta yang dikeluh kemana dituntun dia akan menurut.

Saudara, sebagaimana yang kita lihat di keseharian pada bulan Romadhon ini dimana peningkatan intensitas peribadatan umat muslim terlihat dengan jelas. Di daerah kelurahan saya sendiri juga di daerah pada saat sahur beberapa masjid mengumandangkan peringatan “ sahur !, sahur!. Meskipun sekarang baru 10 hari puasa namun suara mercon sudah mulai terdengar membikin “atmosfir lebaran “ sudah membahana dimana-mana.

Pada posting kali ini saya merasa perlu untuk mengingatkan khususnya kepada diriku pribadi dan keluarga dan juga kepada umat manusia dimana saja yang membaca tulisan ini tentang pentingnya menyemak kembali wasiat Rasulullohi SAW yang sepatutnya kita pegang teguh agar kita selamat dari berbagai perpecahbelahan umat Islam yang tidak dapat kita pungkiri.
Qod taroktum ‘alal baidho’I lailuha ka nahari ha = Sungguh aku telah tinggalkan kepadamu barang yang putih, (pada) malamnya kelihatan sebagaimana siangnya.

Saudara, Barang putih yang dimaksud oleh Rosululloh adalah agama Islam dengan syari’at segala tuntunan dan contoh tauladan sudah selesai diajarkan kepada para sohabat. Alloh SWT yang memberi wahyu juga sudah menyatakan bahwa (syariat/ajaran) Islam sudah sempurna tercetak dalam Kitab suci Al-Quran Surah Al-Maidah (5) ayat 3 ; “Dan hari ini sudah Aku sempurnakan agama bagimu dan Aku ridho Islam sebagai agama kamu…al-ayah “.
Begitu jelasnya ajaran Islam ini sehingga digambarkan sebagaimana barang putih , siang dan malam tetap kelihatan putih.
laa yazighu ‘anha ba’di il-la halikun = tidak menyimpang (seseorang) atas barang putih sesudahku kecuali (dia) akan rukak/binasa,
Ajaran Islam dengan petunjuk yang sudah diperagakan oleh Rosulullohi SAW apabila diyakini dan dipegang teguh maka akan membawa keselamatan keberuntungan di dunia dan akhirat, manakala ada orang yang menyimpang dan tidak berpegang teguh kepadanya, dia sendiri yang bakal rusak , binasa, celaka dunia-akhirat.
man ya’isy minkum fa sayarokhtilafan katsiron = barang siapa yang hidup diantara kamu (nanti) akan melihat perpecahan /khilafiyah yang banyak.

Sudah menjadi sabda beliau atas dasar wahyu Alloh yang Maha Manghendaki, Maha Mengatur inilah kebenaran firmanNya sekarang Islam sudah berpecah belah. Perpecahan Umat Islam ditengarai dengan perbedaan pandangan, pola pikir dan perbedaan amaliyah. Kenalan saya yang putra seorang kiyai di tingkat kecamatan mengatakan Islam sekarang kalau di hitung ada (mungkin) 100 lebih pecahan.
Ya , itu ucapan menurut pandangannya (ro’yi) tetapi hadits riwayat Sunan Abu Dawud dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan , Nabi menjelaskan bahwa kelak Islam akan pecah menjadi 73 pecahan Islam. 72 diantaranya masuk neraka dan 1 golongan (jika ditetapi konsekuen) membuahkan masuk ke surga.

Hal ini membikin kita untuk waspada dan lebih telili dan memohon petunjukNYA dalam mencari Islam yang satu , Islam yang diselamatkan. Tidak asal sudah Islam.
fa ‘alaikum bima ‘aroftum min sunnati wa sun-natil khulafair-rosyidin al mahdiyyin = maka tetaplah dengan apa yang telah kamu kenal/paham dari sunahku dan sunah kholifah yang benar dan mendapat petunjuk.

Tuntunan petunjuk pelaksanaan syariat (tuntunan ibadah) Islam dibentuk berdasarkan wahyu dari Alloh SWT secara bertahap selama lk 23 tahun dan seiring berjalannya waktu Rosululloh pun telah memperagakan beserta para sohabat hingga tamat sebelum beliau wafat. Sepeninggal wafat beliau kepemimpinan Islam diteruskan secara estafet oleh Khulafaurrosyidin yaitu Abu Bakar RA , Umar bin Khotob, Umar bin ‘afwan dan Ali RA. Keempat kholifah tersebut adalah juga sohabat, yaitu orang iman yang menjumpai masa hidup, bertemu dan belajar langsung dari Rosulullohi SAW. Inisiatif atau ijtihad dari mereka masih diakui oleh Rosulullohi SAW.
‘adhuu ‘alaiha bin-nawajidzi = gigitlah atas sunah dengan gigi geraham.

Hikmah / pengertian ilmu agama yang terkandung dalam Kitab suci Al-Quran dan Sunah / al-Hadits hendaknya kita jaga kemurnian ilmu dan amalannya (prakteknya) dan kita pegang teguh jangan sampai goyah atau terpengaruh mengingat ujian yang sengaja Alloh ciptakan melalui manusia dan syetan di sekeliling kita. Berpegang teguh kepada sunahku pada masa perpecahan maka baginya pahala mati syahid.
wa ‘alaikum bit-to’ati wa in ‘abdan Habasyiyan fa in-namal mu’min kal jamalil anifi haitsuma qidan qoda” = dan tetaplah kamu dengan toat meskipun kepada budak Habsyi, karena sesungguhnya orang iman itu sebagaimana unta yang dikeluh kemana dituntun dia akan menurut.

Orang iman adalah orang yang percaya dalam hati dan terwujud dalam ucapan dan perbuatan. Semua ayat yang tetera dalam Al-Quran diimani dilaksanakan se-maksimal kemampuannya. Perintah Alloh kepada orang iman agar taat kepada Alloh, taat kepada Rosul juga taat kepada ta’mir juga dilaksanakan. Budak Habsyi ( negro Afrika) yang dijadikan gambaran oleh Nabi Muhammad SAW merupakan sosok yang tidak sedap dalam penampilan (performa) , namun demikian demi tegaknya aturan agama yang harus dijunjung tinggi, kita diwasiatkan untuk mentatatinya. Sebagaimana unta yang ditusuk hidungnya kemanapun diarahkan selagi dalam kebenaran dan berdasar dalil Al-Quran dan Hadits maka orang iman akan menurut.

Tuesday, August 24, 2010

Duduk Beribadah

Mujalasatul ulamau ‘ibadatun = Duduknya ulama adalah ibadah HR Ahmad dari Ibni Abas

Hikmah : Orang yang memiliki ilmu agama secara memadai (ulama) yang banyak mempelajari dasar ilmu agama Islam ,yaitu al-Quran dan al-Hadits , maka akan merasakan bahwa segala tingkah laku kehidupan ini semua ada contoh suri tauladan dari Rosululloh SAW.

Sedangkan suatu sikap, tindakan gerak tubuh yang diniati karena Alloh mengikuti sunah / tuntunan Rosululloh SAW dengan terbukti ada dalilnya secara otentik berdasar data yang valid (sumber yang sohih), maka termasuk dalam ranah ibadah = mendapatkan point pahala / kebaikan.

Kata “ulama” berasal dari Bahasa Arab merupakan bentuk jamak dari “alim”= isim fail = kata benda sebagai subjek artinya orang yang mengetahui. Orang dimana pikiran , tenaga dan kehidupannya dengan konteks keilmuannya di bidang pemahaman dan penguasaan A-Quran dan al-Hadits mengabdikan diri dalam sabilillah (jalan Alloh). Detik demi detik nafasnya tidak terlepas dari ibadah, pikiran dan aktivitasnya terorganisir secara efektif demi kecintaannya kepada Alloh SWT, ihlas rodho berjuangan dalam penegakan kalimah / agama Alloh,

Sehingga meskipun sambil duduk-duduk ulama tetap dihitung beribadah (mendapat point pahala)

Saturday, August 7, 2010

Gratis Barang Berharga

Ni’mal atiyatu kalimatul haqi tasma’uha tsuma tahmiluha ila akhin laka muslim fa tu’al-limuha iyahu ”
” Sebaik-baik pemberian adalah kalimat hak (nilai kebenaran terkandung dlm al-Quran dan al-Hadits) yang engkau dengar, kemudian engkau bawa kalimat itu kepada saudara muslim maka engkau mengajarkan kalimat itu kepadanya “ Sabda Rosulullohi SAW . HR Tobroni dari Ibnu Abas

Hikmah : Pemberian berarti gratis, tidak ditarik imbalan/pembayaran. Pemberian berupa benda berharga misalnya perhiasan, uang, mobil, tahah atau berupa materi apapun yang sifatnya keduniaan maka suatu ketika akan habis dan hanya dapat dinikmati selama hidup di dunia.

Tetapi pemberian berupa ilmu pengetahuan yang hakiki bersumber kepada nilai kebenaran Quran Hadits adalah pemberian yang tidak ternilai harganya.

Di miliki sendiri tidak akan habis, bahkan kenikmatannya tidak hanya dirasakan selama di dunia tetapi hasilnya juga dirasakan sampai di alam akhirat , mulai kita berada di liang lahat, prosesi qiyamat sampai proses hisaban di akhirat.

Terlebih kalimat kebenaran yang kita “dengar” (kita baca di layar online ini) ini kita sudi untuk menyebarluaskan, maka akibatnya baik bagi kita yang menyebarluaskan, maupun mereka yang menerimanya.