قَالَ يَقُوْلُ الله ُ سُبْحَانَهُ : يَاابْنَ أَدَمَ تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِى أَمْ لأْ صَدْرَكَ غِنَى وَاَسُدَّ فَقْرَكَ وَ اِنْ لَمْ تَفْعَلْ مَلأْ تُ صَدْرَكَ شُغْلاً وَلَمْ اَسُدَّ فَقْرَكَ ۞
Qola yaqulullohu sukhanahu : “ Ya ib-na Adama tafar-rogh li ‘ibadati amla’ sod-roka ghinan wa asyud-da faqroka wa in lam taf ‘al mala’tu sodroka sughlan wa lam asyud-da faqroka “
Bersabda (Nabi Muhammad SAW) berfirman Alloh Yang Maha Suci :” Hai anak Adam sempatkanlah ibadah kepadaku maka Aku penuhi dada (hatimu) dengan rasa kaya dan Aku tutup rasa fakirmu, dan apabila kamu tidak menyempatkan ibadah maka akan Aku penuhi hatimu dengan kesempitan dan tidak Aku tutup rasa fakirmu.
Paparan di atas adalah "Hadits Qudsi” yaitu firman Alloh SWT yang tidak terdapat di dalam Al-Quran melainkan langsung melalui lesan Nabi Muhammad SAW .
Pada hadits di atas Alloh SWT menyeru kepada manusia supaya menyempatkan waktunya untuk beribadah.
Orang yang mengedepankan urusan ibadah mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, maka hatinya cenderung lebih tenteram, damai, sejuk dan pandai bersyukur.
Sebaliknya bagi seorang hamba yang tidak mementingkan atau bahkan masa bodoh maka pikirannya akan semakin sempit, berbagai problema kehidupan semakin memadati ruang pikirannya. Berbagai masalah timbul silih berganti, perasaan fakir kekurangan harta benda selalu membayanginya.
Rupanya apapun perasaan yang diterima oleh hamba adalah semata-mata atas kehendak Alloh, atas akibat yang diperbuatnya hamba itu sendiri.
Manusia makhluk yang lemah tiada berdaya di hadapan Alloh. “ Laa khaula wa laa quwata il-la billahi ‘ = tiada upadaya dan tiada kekuatan kecuali dari Alloh. Tiada seorangpun yang ingin merasakan gelisah, pikiran suntuk, didera berbagai masalah yang berat. Semua manusia niscaya menghendaki pikiran senang, ceria, ketenangan serta kenyamanan hidup dan bahagia.
Manusia hanya berusaha, upaya memperoleh kenyamanan hidup dengan semata memperbanyak mencari harta, mencari hiburan sebagai pelipur lara namun dengan mengesampingkan urusan ibadah, maka hasil akhirnya justru Alloh akan semakin membuat hatinya semakin sempit, repot, semakin disibukkan dengan urusan-urusan dunia semata, perasaan kekurangan harta semakin dibuka oleh Alloh SWT. Akhirnya orang menjadi pengejar materi kebendaan, waktu dan pikirannya dipenuhi dengan obsesi demi memenuhi kesenangan duniawi yang sifatnya fana. Semakin tidak ada kesempatan untuk beribadah. Tanpa disadari hal ini dapat semakin menjauhkan kepada jalan kebenaran agama Alloh.
Nah, kalau sudah begini siapa yang disalahkan?
Kita sebagai hamba patutlah bersadar diri. Manusia diciptakan di dunia adalah untuk menyembah / beribadah kepada Alloh. Pengertian ibadah sendiri bukan hanya terbatas pada aktivitas yang rutin seperti, mengerjakan sholat lima waktu, berpuasa, menunaikan ibadah haji dan lain-lain. Namun ibadah adalah gerakan lahir dan batin dalam segala sisi kehidupan mengikuti tuntunan Rosululloh demi mendapatkan ridho Alloh.
No comments:
Post a Comment